Hadapi Cuaca Buruk, Warga Soligi Was-was

Sebarkan:
Kondisi talud di desa Soligi

TERNATE - Cuaca buruk yang masih terus melanda wilayah Obi Selatan Kabupaten Halmahera Selatan membuat masyarakat khawatir. Alwi La Masinu salah satu warga desa Soligi Kecamatan Obi Selatan mengaku khawatir terhadap cuaca yang selalu berubah-ubah. “ Jelas khawatir. Apalagi Cuaca buruk yang ditandai dengan gelombang besar dan angin kencang,” ucapnya.

Alwi yang juga salah tenaga pengajar di program studi (prodi) Pendidikan Geografi STKIP itu menjelaskan, karakter gelombang laut atau perubahan iklim biasanya ditandai adanya perubahan beberapa temperatur. Misalnya rerata harian, pola curah hujan, tinggi muka laut, dan variabilitas iklim (El Nino dan La Nina). Perubahan ini memberi dampak serius terhadap berbagai sektor, baik dari sisi kesehatan, pertanian, ddan perekonomian. “ Beberapa studi institusi, baik dari dalam maupun luar negeri menunjukkan bahwa iklim di Indonesia mengalami perubahan sejak tahun 1960, meskipun analisis ilmiah maupun data-datanya masih terbatas,” jelasnya.

Kata dia, berdasarkan hasil analisa data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ternate, pola angin permukaan per bulan Juni menunjukkan pergerakan angin di bagian selatan pulau Obi berasal dari laut Maluku yang melewati Kepulauan  Seram. Sementara hasil analisa data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia menunjukkan pola angin yang kencang masih berlanjut hingga akhir bulan Juni.

Dari karakter pola angin dapat ditentukan sebagai angin muson Timur yang terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus, dan maksimal pada bulan Juli. Disamping itu terdapat masa peralihan yakni masa perubahan dari angin muson Barat ke angin muson Timur atau sebaliknya, biasanya bertiup antara Maret-Mei dan September-November,” urai Alwi. 

Kandidat doktor ini mengatakan, kekhawatiran warga setempat sudah berlangsung lama. Bahkan para warga merelakan talud penahan ombak tradisional yang terbuat dari batang kayu itu hancur. Akibatnya, rumah warga di pesisir terancam kena abrasi.


“ Sudah berlangsung lama, ditambah lagi taludnya mulai roboh membuat warga semakin was-was. Sebagian perwakilan masyarakat sudah menyeruakan hal ini ke pemerintah daerah namun sampai saat ini belum ada respon balik. Lebih parah lagi musim musom timur datang,” pungkasnya. Ia berharap pemerintah Halmahera Selatan khususnya Pemerintah Provinsi segera merespon keluhan warga ini agar tidak lagi was-was saat cuaca buruk terjadi. (mhiez).
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini