Kerjasama Kesultanan Ternate dan Konjen Filipina Kian Bulat

Sebarkan:
Firman Mudaffar Syah: Sebelum Bulan Juni 2019 Sudah Mulai Action

PERTEMUAN: Firman Mudaffar Syah (batik biru lengan panjang) bersama Konjen Filipina, Oscar G. Orcine (bertopi) dan rombongan saat foto bersama Duta Besar Filipina, Leehong T. Wee (batik merah) di kantor Kedubes Filipina di Jakarta 8 Februari lalu.


TERNATE Keseriusan kesultanan Ternate membuka peluang ekonomi di Maluku Utara (Malut) kian membulat. Kerja sama kesultanan dengan Konsulat Jenderal (Konjen) Filipina di Manado, Oscar G. Orcine kini memasuki tahap II.


Sebelumnya, pertemuan perdana kedua bela pihak dilangsungkan pada 2 Oktober 2018 lalu di kadato Ici Ternate. Dalam pertemuan tersebut membahas potensi perekonomian serta membangun kerja sama yang baik antara Filipina dan Maluku Utara (Malut).

Pada fase kedua ini, pihak kesultanan Ternate bersama Oscar G. Orcine bertemu Duta Besar Philipina, Mr. Leehong T. Wee di Jakarta pada 8 Februari 2019 kemarin. Ada beberapa isu ekonomi di bahas dalam pertemuan tersebut, salah satunya penanganan harga kopra di Malut.

“ Termasuk isu harga kopra, karena sampai saat ini belum ada solusi yang pasti,” kata Firman Mudaffar Syah saat di sambangi di kediamannya, Minggu (10/2) sore tadi.

Putra median almarhum Sultan Mudaffar Syah ini mengatakan, selain membicarakan potensi perekonomian dan solusi penanganan harga kopra, juga membahas kerja sama ekspor kopra Filipina - Malut serta program peningkatan produksi komoditi rumput laut. “ Produksi kopra kita kebanyakan masih di ekspor ke Bitung. Kita berharap kerja sama ini tidak lagi di ekspor ke Bitung, melainkan langsung Davao, Filipina,” terangnya.

Sebagai langkah awal menyukseskan kerja sama ini, kata Firman, saat ini sedang memenuhi kouta ekspor. Kalau sudah terpenuhi, rencananya sebelum bulan Juni 2019 sudah mulai action. “ Insyah Allah bulan Juni nanti sudah action,” optimisnya.

Firman mengaku, insiatif kerja sama mereka di aspresiasi Duta Besar Philipina, Mr. Leehong T. Wee. Menurut Leehong, kata Firman, ini baru kali pertama kerja sama yang melibat pengusaha perseorangan dengan kesultanan.

Berharap kerja sama ini di kemudian hari kenyamanan hidup masyarakat dapat meningkat ketaraf yang lebih baik. “ Kesultanan Ternate akan bekerja sama dengan kesultanan-kesultanan yang lainnya beserta seluruh masyarakat Malut untuk menyukseskan program ini,” katanya.

Tidak Ada Tendensi Politik

Firman menekankan agar tidak mengaitkan dengan tahun politik seperti saat ini. Firman bilang, kerja sama yang dilakukan bersama Konjen Filipina tidak ada sangkut pautnya dengan momentum politik. Kerja sama ini dilakukan mengingat belum adanya solusi penangan anjloknya harga kopra.

“ Tidak ada sama sekali berbau politik. Ini murni insiasi kesultanan untuk membuka peluang ekonomi di Malut,” katanya.

Remon, salah satu rekan tim kerja sama Firman menambahkan, kopra masih sebagai penghasil utama ekonomi mayoritas masyarakat Malut. Karena itu, peran lingkup kesultanan Ternate hanya mengambil langkah untuk menginsiasi agar kopra ini setidaknya ada pembelinya.

“ Alternatifnya tidak mungkin ada di hari ini, tidak mungkin para petani dengan ekonomi yang bergantung pada kopra tiba-tiba di hilangkan begitu saja. Sehingga itu, pihak kesultanan hanya bermaksud membuka peluang perekonomian bukan bermaksud apa-apa,” katanya.

Menurut Remon, kehadiran pihak kesultanan Ternate dalam kerja sama ini semata-mata mencari alternatif, tidak bermaksud mencapuri urusan pemerintah atau semacamnya. Ini mengingat ekspor kopra di Malut dominan di ekspor ke Bitung, Sulawesi Utara.

“ Apabila tidak di stimulasi dan tidak ada jawaban, maka kopra sebagai penghasil utama ekonomi mayoritas masyarakat Malut akan kalah dari nilai ekonomis. Jadi istilahnya bouble biaya angkut, karena kopra di transpor dulu ke Bitung, baru dari Bitung di bawa keluar. Sekali lagi ini hanya mencari alternatif, tidak bermaksud apa-apa,” tandasnya. (PM)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini