Diskusikan "Napal Tilas 'Kematian' HMI", Kader Dituntut Nyalakan Misi Perkaderan

Sebarkan:

 

Foto Bersama: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Ekonomi Unkhair Ternate

TERNATE,Potret – Upaya merawat kaderisasi di masa pandemi, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Ekonomi Unkhair Ternate terus mengagendakan diskusi mingguan. Bertajuk "Napak Tilas 'Kematian' HMI", diskusi kali ini diharapakan  memotivasi para kader guna memperkuat misi perkaderan.

Bertempat di Gedung Pramuka, Kelurahan Gambesi, Ternate, Rabu (23/9), diskusi dihelat dengan menghadirkan Direktur Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI) Cabang Ternate, Ibrahim Yakub, SE sebagai narasumber tunggal.

Ibrahim memaparkan, tematik kajian tentang 'Napak Tilas Kematian HMI' itu sangat relevan dengan kondisi HMI di beberapa dekade ini.

"Sedari secara bersama bahwa kematian HMI itu oleh karena banyak kader yang tidak memahami apa cita-cita pendiri-pendiri organisasi ini didirikan, bahkan kebijaksanaan dan kemuliaan pendiri sebut saja Prof. Dr.  Lafrane Pane tidak menjadi tauladan dalam menahkodai organisasi sebesar HMI," paparnya.

Lanjut Baim, sapaan akrab Ibrahim,  semangat intelektual dan spiritual para pendiri HMI nampaknya belum terpatri

dalam jiwa setiap kader sebagai semangat juang dalam membela kepentingan umat dan bangsa.

Ia pun menyentil 'Kasus Munir", yang menurutnya, Munir adalah sosok yang telah mengabdikan hidupnya untuk mendorong semangat intelektual keumatan. Namun, lanjut Baim, kasusnya hampir tidak pernah lagi didiskusikan. "Bahkan nampak diam dalan menelusuri apa penyebab kematiannya dan masih banyak lagi tokoh intelektual HMI yang tidak terungkap sampai hari ini," tegas Alumni Ekonomi Pembangunan FEB Unkhair ini.

Ia menambahkan, banyak juga anggota HMI yang 'memanfaatkan' nama besar HMI sekedar sebagai atribut diri. Anggota seperti itu, sebut Baim, sudah merasa cukup, yang terpenting orang lain sudah mengenal mereka sebagai kader HMI.

"Padahal ketika ditelusuri secara detail tentang esensi nilai dari HMI, nyaris mereka tidak memahaminya," tandasnya.

Di akhir paparan, Baim pun berharap agar kajian ini bisa menumbuhkan kesadaran sejarah pada semua kader HMI, lebih khususnya Komisariat Ekonomi tentang semangat nilai perjuangan yang pernah ditorehkan oleh pendiri - pendiri HMI.

"Jangan jadikan sejarah mereka hanya sebagai refleksi semata akan tetapi jadikan sejarah mulia dan bijaksananya pendiri organisasi ini sebagai patron.  Jadilah kader yang punya daya juang bukan anggota yang hanya memikul atribut semata," pungkasnya.

Salah satu peserta diskusi yang juga kader HMI Komisariat Ekonomi, Abeta Arif Pratama mengaku, diskusi ini kembali menyadarkan kepada kita tentang pentingnya mempelajari sejarah perjuangan HMI.

"Sebagai kader HMI, saya merasa masih banyak yang harus saya baca, terutama terkait sejarah dan tafsir tujuan HMI. Diskusi kali ini benar-benar menggugah kita semua," jelas Abeta usai diskusi tersebut.

Ketua Umum HMI Komisariat Ekonomi, Anshari A. Syahafin mengatakan, HMI seakan kehilangan ruh perjuangan. Menurut pengamatannya, akhir-akhir ini, HMI dengan segala dinamikanya hanya sibuk bertikai secara internal, lupa dengan tugas dan tujuan awal berdirinya.

"Bahkan, HMI yang tadinya menjadi harapan masyarakat Indonesia malah menjadi organisasi yang lembek dalam perjuangan mission secretnya. Jika mission secret sudah tumpang tindih seperti ini, maka itulah kematiannya," tulis Anshari via WhatsApp, Kamis (24/9).

Dikutip dari laman detikhealth, Rabu (2/8/2012), dari sisi medis, mati suri atau sering disebut dengan istilah Near Death Experience menandakan  kondisi seperti mati yang belum benar-benar mati. Seturut, dari sisi psikologis, Psikolog Efine Indrianie, MPsi mengatakan, pada situasi mati suri, orang menerima 'punishment' dari apa yg ia lakukan sebelumnya, dan  menjadi pembelajaran yang membuat dirinya menjadi lebih baik.

Artinya, apa yang disebut 'kematian' HMI hari ini, dalam pemahaman Anshari, sewajibnya dapat dihidupkan kembali dengan memperkuat misi perkaderan.

"Kader HMI khususnya di Ekonomi, harus kembali pada misi perkaderan. Dalam hal ini adalah diskusi, babaca, dan lain-lain. Kader juga harus mampu bertanggungjawab pada sumpah yang diembannya saat LK 1," tegas Ketum yang juga penulis buku 'Kerinduan Sang Martir' ini.

Untuk diketahui, kajian ini merupakan agenda rutinitas HMI Komisariat Ekonomi. Sebelumnya sempat terhenti karena pendemi Covid-19. "Kajian rutinitas ini akan diagendakan seminggu dua kali dengan bobotan tematiknya sesuai kodisi internal maupun eksternal organisasi,"pungkasnya.(red)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini