Memahami Eksistensi

Sebarkan:

Oleh: Hamdy M. Zen
Ketua DPW RPI Maluku Utara / Akademisi IAIN TERNATE


    
Memahami eksistensi, merupakan suatu hal yang sangat mendasar dan paling esesnsial, ketika bergelut di dalam suatu bidang keilmuan tertentu. Dengan memahami eksistensi tersebut, kita akan menjadi terfokus pada satu tujuan. Sehingga, dengan kefokusan itu, membuat kita kemudian lebih mantap dalam proses pengenal diri, lebih dekat.

    Prorses pengenalan diri yang dimaksud, tidak sebatas “ siapa kita ” dalam kaca mata agama. Lebih dari itu, yakni kita akan tahu, apa yang sedang kita geluti dan bagaimana harusnya kita bergelut di dalam bidang yang kita geluti tersebut. Dengan demikian, bassic keilmuan kita, akan semakin kuat dalam genggaman dan tidak mudah rapuh, serta tidak seperti, seolah kita menerka – nerka sesuatu yang terkait dengan keilmuan kita itu sendiri.

    Hal di atas, terkadang dipandang sekedar biasa – biasa saja, sehingga kerap kali kita temukan fakta di lapangan, memperlihatkan kebanyakan kita, sekan masih tidak terfokus di dalam satu bidang. Di mana, fakta dan data berbicara bahwa, seseorang yang bergelut di bidang hukum misalnya, terlihat begitu kuat dalam berkoar – koar tentang pendidikan. Atau sebaliknya. Fakta serupa juga bisa kita temukan dalam bidang yang lain. Orang yang bukan ahli di bidang seni misalnya, terlihat segar dalam bernyanyi terkait dengan masalah seni. Atau yang ahli seni, tapi cenderung pada dunia ekonomi Dan seterusnya.

    Keadaan di atas, tidak berati mutlak tidak bisa. Kalau ditelusuru lebih mendalam, kita akan temukan sebuah jawaban sederhana, bahwa apa yang dilakukan orang – orang tersebut, adalah baik adanya dan sangat luar biasa. Hanya saja, persoalannya adalah, dengan semakin marak hal tersebut dilakukan, endingnya malah kian menikmati. Sehingga, yang terjadi, seakan tidak terfokus lagi dalam bidang yang digeluti. Inilah yang ditakutkan.

    Oleh sebab itu, perlu adanya kesadaran diri dan memahami eksistensi. Dengan sadar diri, kita akan bisa memahami eksistensi. Dengan memahami eksistensi, persoalan akan mudah terselesaikan. Sebab, proses penyelesaian masalah, hanya akan tercapai sesuai dengan harapan, jika diselesaikan oleh orang yang ahli di bidang yang berkaitan dengan masalah tersebut. Masalah keagamaan, akan tuntas teratasi oleh mereka para “ ustadz / ulama ”. Soal bisnis, akan mudah dikerjakan oleh mereka para pegelut ekonomi. Politik, sosial, budaya hingga pendidikan pun, pasti akan tersolusi dengan sangat solutif oleh orangnya.

    Lantas bagaimana orang – orang tersebut dapat kita percaya dan andalkan? Bukankah saat ini, realita juga berkata bahwa orang – orang yang duduk di kursi jabatan, berdasarkan keilmuan yang digeluti? Lalu, ada apa dengan masalah yang silih berganti, masih saja ada?

    Bahkan, ada juga maaf, orang yang konon katanya ahli agama, tetapi maaf justru malah melakukan hal – hal yang tidak pantas dilakukan. Faktanya banyak kita temukan di lapangan. Mohon maaf sekali lagi, penulis tidak perlu menyebutkan fakta – fakta tersebut. Hal ini dilakukan penulis, sebagai bentuk rasa hormat kepada mereka, atas keilmuan yang mereka punya. Penulis menaruh hormat atas ilmunya. Sebab orang – orang yang berilmu patut kiranya kita menghormatinya. Bahkan Tuhan pun mengangkat derajat orang – orang yang menuntut ilmu. So, sekali lagi mohon maaf jika tidak penulis sebut faktanya.

    Yang berikutnya, kita juga bisa melihat pada hal – hal yang lain. Anggota DPR, Bupati, Wali Kota, Gubernur, dan para pemangku jabatan strategis sejenisnya misalnya. Mereka – mereka ini, harusya lebih paham soal kebijakan – kebijakan yang pro terhadap rakyat. Anggota DPR itu penyambung lidah rakyat. memperjuangkan hak – hak rakyat.

    Bahkan, kalau dicermati dalam – dalam, harusnya hak rakyat tidak perlu diperjuangkan. Sebab hak itu adalah sesuatu yang kita punya. Kalau kita punya mengapa harus diperjuangkan? Kan tinggal ambil, selesai. Lain ceritanya, jika kita hendak merencanakan sesuatu untuk dijadikan hak kepada rakyat. Nah, ini baru harus diperjuangkan. Mengapa? Ya karena hal itu, masih dalam tahap usulan perencanaan.

    Tapi apa? Apa yang terjadi? Bahkan hak rakyat pun justru dicuri. Rakyat yang seharusnya hidup dalam kesejahteraan, malah kian dalam keterpurukkan. Apa sih masalahnya? Apakah mereka tidak paham akan eksistensi? Atau justru mengingkari? Entahlah. Suatu saat nanti, pasti kita juga akan paham, insya Allah.

    Bagi penulis, persoalan di atas, bisa saja disebabkan oleh faktor ketidak pahaman akan eksistensi. Ya bisa jadi demikian. Karena, eksistensi merupakan sebuah makna yang membawa orang pada pengenalan diri. Dari pengenalan diri inilah yang nantinya membuat kita semakin kuat dalam mempertahankan basic. Lalu, selanjutnya kita tidak lagi terbagi dalam menatap fokus. Fokus kita hanya satu, yakni fokus pada pekerjaan yang kita geluti.

    Kita hanya fokus pada agama bagi ahli agama. Kita juga akan fokus pada sosial, politik, budaya, pendidikan dan lain semacamnya bagi kita yang bergelut di dalam dunia tersebut. Akan tetapi, walau demikian, bukan berarti kita tidak bisa bercerita pada bidang, selain dari yang kita geluti. Kita masih tetap bisa berbicara soal bidang yang lain.

    Hanya saja, untuk memberi solusi yang solutif, kehadiran kita hanya sebatas penopang dan sekedar berkolaborasi. Bukan menjadi pelopor. Jika kita mau menjadi pelopor, bisa saja, tapi ingat, hal itu sudah pasti menjadi terbagi kefokusan kita. Jika fokus kita sudah terbagi, yakin dan percaya, perlahan kerja kita akan terbengkalai. Lalu, pada akhirnya, masalah akan setia datang mewarnai kehidupan kita lagi, lagi dan lagi.

    Pembaca yang budiman! Mohon maaf, tidak bermaksud menggurui, kita tidak hidup sendiri – sendiri. Kita hidup dalam sebuah wadah yang di mana, di dalamnya terdapat berbagai macam warna. Suku, ras, agama dan bangsa. Dari berbagai perbedaan inilah, dunia hadir. Kehadiran dunia bukan untuk dihancurkan, tapi untuk dilestarikan. Bagaimana kita bisa melestarikan dunia? Ya bagaimana lagi kalau bukan dengan memahami eksistensi.

    Ariel Noah sang vokalis top papan atas Indonesia, ketika ditanya oleh Deddy Corbuzzer dalam chanel youtube nya, “ kenapa tidak ikut mencalonkan presiden Indonesia? Kamu kan punya banyak penggemar di seluruh Indonesia. Saya yakin ketika kamu mencalonkan diri menjadi presiden, kamu pasti menang. Sederhana jawab Ariel. Saya tidak punya keahlian di situ. Biarlah mereka – mereka yang punya keahlian di situ saja yang bertarung. Kalau nanti saya jadi presiden, mau jadi apa negera sebesar Indonesia ini di bawah kepemimpinan saya? ”. Coba sejenak kita bayangkan jawaban dari sang vokalis ternama itu. Luar biasa kawan.

    Saat ini, mohon maaf, terlalu banyak orang yang sok tahu. Sehingga, basicnya yang A sekalipun, cenderung masuk ke dunia B. Akhirnya apa? Yang seharusnya dibawa ke jalur C, malah terjun bebas ke jurang D. Dan ironisnya, kita pun ikut – ikutan bersorak. Bersuara tawa dengan terbahak, seolah menang dengan telak. Na’ujibillah, tsumma na’ujubillah.

    Itulah sebabnya, dalam agama disebutkan, serahkanlah urusan pada ahlinya. Dan semua agama pasti juga mengajarkan hal yang sama. Drs KH. Sofyan Munawar salah seorang ulama, dalam sebuah tulisannya mengatakan bahwa Islam telah memerintahkan agar setiap orang menjaga dan menunaikan amanah itu secara maksimal, bersamaan dengan itu Islam juga telah berpesan dengan sangat supaya tidak berkhianat dan jangan menyia – nyiakan amanah ( lihat Qur’an, surat al anfaal ayat 27 ).

    Lebih lanjut, sang kiai juga menambahkan bahwa sebesar – besar khianat adalah mempercayakan suatu urusan penting kepada yang tidak memiliki kapasitas untuk mengelola urusan tersebut. Seperti menyerahkan urusan umat, rakyat dan negara kepada orang yang tidak memiliki kemampuan untuk itu. Rasulullah SAW telah mengabarkan kepada kita bahwa jika bukan ahlinya yang mengelola, tunggulah kehancuran ( lihat hadis riwayat Albukhari ).

    Akhirnya, penulis mengajak kepada kita sekalian, terutama pribadi dan keluarga, agar marilah sama – sama kita pahami matang – matang eksistensi kita masing – masing, sebagai bentuk pengenalan diri, guna memperkuat besic. Sehingga, kelak kita tidak lagi berbicara banyak tentang hal – hal yang bukan menjadi urusan substansi kita, guna terhindar dari kesalahan – kesalahan yang tidak seharusnya. Mari sama – sama kita serahkan setiap urusan pada ahlinya. Semoga ke depan kita menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Sekian. Tabea.

                                                                                                           Ternate, Puncak Dufa – Dufa
                                                                                                                                26 Oktober 2020


Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini