Lapak Liar Tumbuh Subur di Areal Pasar BumDes Labuha

Sebarkan:
Lapak para penjual di areal pasar BumDes (Buwas/PM).
HALSEL - Puluhan lapak pedagang kaki lima dan sayur-sayuran saat ini tumbuh subur di areal pasar BumDes Desa Labuhan. Lapak yang dibangun para penjual ini disepanjang jalan terminal depan kantor Dinas Perhubungan hingga tembus di jalan swering pantai Habibi. 

Puluhan lapak ini dibangun para penjual lantaran ditutup sementara pasar modern desa Tuwokona. Sehingga para penjual berbondong-bondong berjualan di areal tersebut. Karena ramai pembeli, para pedagang di pasar tradisional Desa Amasing Kota memilih menutup lapak mereka dan berjualan di areal pasar BumDes. 

Selian lapak yang bermodalkan payung yang berukuran besar, para pedagang juga nekat menimbun sebagai areal resapan air untuk membangun tempat jualan. Bahkan sebagai pedagang membangun bangunan yang terbuat dari papan di atas areal resapan air.

Bukan hanya penjual sayur dan pedagang kaki lima, para penjual ikan juga ikut berjualan disitu, bahkan sebagai penjual ikan menjajakan ikannya di sepanjang jalan. Hal ini menyebabkan disepanjang jalan dipenuhi bau darah ikan karena tidak ada dreniase.

Kepala Desa Labuha Badi Ismail dikonfirmasi mengaku tidak mengetahui tumbuhnya puluhan lapak tersebut. Menurut dia, puluhan lapak ini dikatagorikan liar. Sebab, sampai saat ini tidak ada izin untuk berjualan dari Dinas terkait. Bahkan setiap hari areal tersebut terus ditimbun para pedagang untuk membangun tempat jualan.

"Saya juga tidak tahu pedang ini dari mana. Setiap hari pasti ada pedagang yang bangun tempat jualan" kata Badi, Jumat 3/9/2021.

Padahal kata Badi, dari pemerintah daerah sudah memasang iklan berupa himbauan untuk tidak mendirikan bangunan di areal resapan air. Namun himbauan tersebut tidak dihiraukan para pedagang. 

Badi menambahkan, jika para pedagang tersebut dibiarkan berjualan dalam jangka waktu yang lama, maka akan berdampak pada pencemaran lingkungan di sekitar pasar tersebut. Selain dampak lingkungan, penataan wajah Ibu Kota Labuha juga terlihat amburadul.

"Kalau dibiarkan masyarakat saya yang dapat dampaknya karena sudah pasti tumpukan sampah semakin banyak dan baunya mengganggu aktifitas warga Labuha," tutur Badi.

Badi berharap pemerintah daerah melalui dinas tehnis turun tangan mengatasi masalah ini. Agar penataan wajah Ibu Kota juga tertata rapi. Sebab puluhan lapak ini berada di pusat Kota Labuha.

"Kalau diberikan terus lama kelamaan kelihatan kotor wajah Ibu Kota Labuha," ujarnya.

Sisi lain para penjual ikan yang berjual disepanjang jalan. (Buwas/PM)
Kepala Bidang Perdagangan, Nurdin dikonfirmasi juga mengaku tidak tahu tumbuhannya puluhan lapak tersebut.

"Kami tidak tahu itu dapat izin dari siapa," cetusnya.

Menurut Nurdin, setelah ditutup sementara  pasar modern di desa Tuwokona pihaknya telah menyiapkan tempat jualan baru untuk pedagang yang berlokasi di eks pasar Buana Seki yang tak jauh dari pasar BumDes Labuha. Hanya saja kata Nurdin, pada saat itu, pemilik lahan tidak mengizinkan pemerintah untuk membangun pasar diatas lahan mereka. 

"Jadi tidak bisa bangun pasar disitu," kata Nurdin.

Disentil terkait lapak yang dibangun pedagang tanpa izin di areal resapan air, dirinya mengaku belum bisa melakukan penertiban karena belum ada perintah dari atasan.

"Kami belum bisa turun lakukan penertiban karena belum ada arahan dari atasan," pungkasnya. (Buwas/PM)






Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini