Salah seorang siswa saat membaca puisi |
Kegiatan bersama murid-murid kelas 4-6 ini merupakan bagian dari Program Penguatan Hak Partisipasi Anak. Namun karena terkait dengan peringatan Hari Puisi Indonesia (HPI) maka anak-anak diminta membuat puisi bebas.
Sebelum membuat puisi, Rusdin bertanya kepada anak-anak, apakah ada yang tahu, tanggal 26 Juli diperingati sebagai hari apa? Karena jawaban anak-anak beda-beda dan kurang tepat, dia lalu meminta anak-anak yang membawa smartphone untuk mencari di Google.
Setelah itu, ada yang membacakan bahwa tanggal 26 Juli diperingati sebagai Hari Puisi Indonesia. Peringatan HPI didasarkan pada tanggal lahir penyair pelopor Angkatan 45, Chairil Anwar.
Anak-anak kembali ditanya, siapa yang pernah membaca puisi karya Chairil Anwar? Mereka terlihat ragu. Kemudian Rusdin menyebut beberapa judul puisi, seperti "Aku", "Doa", dan "Kerawang Bekasi". Ada yang terdengar berseru, "O iya!"
Mereka lalu diminta membuat puisi secara berkelompok, dengan teman-teman yang duduk sederet. Rusdin, yang sudah menerbitkan beberapa buku kumpulan puisi, menyampaikan bahwa kali ini puisi yang dibuat berbeda. Bukan sendiri-sendiri tapi karya bersama.
Anak-anak bertanya, butuh kejelasan. Dia kemudian mencontohkan. Bisa saja baris pertama dari puisi ini dibuat oleh seorang teman. Baris kedua dibuat oleh teman yang lain. Begitupun kata-katanya, bisa ditambahkan atau dikoreksi oleh teman, tapi didiskusikan.
Setelah kegiatan menulis puisi bersama selesai, beberapa anak membacakan puisinya. Ada yang menulis puisi bertema nasionaliame tentang cintanya kepada Tanah Air, Indonesia. Ada yang mempersembahkan puisinya kepada orangtuanya.
Kegiatan yang didahului permainan untuk menghadirkan semangat dan keriangan kepada anak-anak ini, dalam pertemuan kali ini lebih mengedepankan kebersamaan dan kerja sama. Juga saling menghargai antar teman sebagai sebuah kelompok. (Tim/red)