Ekspor Maluku Utara Tembus Rp 154,1 Triliun

Sebarkan:
Ari F Sanjaya
TERNATE, PotretMalut - Devisa ekspor Provinsi Maluku Utara per 1 Januari hingga 1 Agustus 2025, tembus Rp 154,1 triliun (Kurs Rp 15.500/USD). Sekitar Rp 153,9 triliun atau 99,9% berasal dari sektor pertambangan.

Komoditas utama penyumbang devisa adalah ferronickel dengan nilai lebih dari Rp 95 triliun, Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) senilai Rp 29,9 triliun, serta produk turunan nikel lain seperti nickel matte, cobalt, dan nickel cathodes.

Data ini menegaskan dominasi tambang dalam struktur ekspor Maluku Utara.

Sementara, sektor non-tambang yang meliputi perikanan dan kehutanan hanya menyumbang sekitar Rp 162,4 miliar atau 0,1% dari total ekspor. Dari jumlah tersebut, perikanan berkontribusi Rp 72,3 miliar, sementara kehutanan melalui ekspor pelet kayu sebesar Rp 90 miliar.

Kepala Seksi Humas Bea Cukai Pabean C Ternate, Ari F Sanjaya menyebutkan, ferronickel yang diekspor sudah melalui proses hilirisasi.

"Ekspor ferronickel tidak dikenakan bea (Pungutan) keluar, berbeda dengan komoditas lain seperti kelapa sawit dan kakao yang masih dikenakan bea," ungkap Ari, Rabu (01/10/2025).

Total ekspor ferronickel tahun 2024 tercatat mencapai 5.300 ton. Sementara laporan resmi ekspor ferronickel tahun 2025 masih dalam proses penyusunan.

Ari menjelaskan, bea hanya dikenakan pada barang impor, seperti mesin dan alat berat, sedangkan ekspor ferronickel tidak dikenakan bea keluar. (Calu/red)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini