![]() |
Firdaus Amir |
Minat Firdaus pada dunia wirausaha tumbuh sejak masa kuliah di Program Diploma Vokasi Universitas Gadjah Mada. Meski demikian, selepas kuliah, ia tidak langsung terjun ke dunia usaha. Ia sempat bekerja di Jakarta, di sebuah perusahaan teknologi, PT WEI, dan menjabat sebagai Kepala Divisi.
Namun, jiwa kewirausahaan yang kuat mendorong Firdaus untuk pulang ke kampung halaman pada akhir 2013. Ia kembali ke Desa Waleh, Kabupaten Halmahera Tengah, dan mulai menimba pengalaman mengelola perusahaan jasa konstruksi milik kakaknya.
"Di sini saya belajar bagaimana melobi dan mengelola manajemen perusahaan," ungkap Firdaus saat ditemui di Ternate, Jumat (26/09/2025).
Di sela aktivitasnya, ia bahkan sempat menjadi nahkoda speedboat rute Weda–Waleh selama tujuh bulan.
Dari Nol hingga Kontrak Pertama
Tahun 2014, Firdaus memulai usaha mandiri di Ternate dengan mendirikan perusahaan teknologi bernama Indotitekno, yang bergerak di bidang pengembangan aplikasi.
Perjalanan usahanya penuh tantangan. Ia mengenang momen saat harus menghadiri pertemuan dengan Sekda Provinsi Maluku Utara untuk mempresentasikan proposal sistem informasi pariwisata, hanya dengan uang Rp 2.000 di kantong.
"Saya naik speed ke Sofifi tanpa uang, hanya dengan negosiasi. Di pelabuhan, saya jadi kenek speedboat karena merasa tidak enak. Di Sofifi, saya pun kembali menumpang mobil menuju Kantor Gubernur," kenangnya.
Meski penuh keterbatasan, usai presentasinya di kantor gubernur, usahanya membuahkan hasil. Ia menandatangani kontrak aplikasi dengan Hotel Boulevard senilai Rp 30 juta per unit. Tak lama berselang, Hotel Corner juga menghubunginya untuk kerja sama serupa.
"Waktu itu, saya keluar dari kantor gubernur, langsung ditelepon untuk tanda tangan kontrak. Saat itu saya menangis, lihat anak dan istri juga menangis karena kami sudah lama susah," tuturnya dengan mata berkaca.
Jatuh Bangun Dunia Usaha
Namun, seiring waktu, fokusnya mulai bergeser. Firdaus mengaku pernah terjebak dalam pola pikir yang sepenuhnya berorientasi pada uang.
"Awalnya saya hanya ingin berkarya. Tapi setelah 2 tahun, fokus mulai berubah. Semua harus bicara soal uang, dan dari situ semuanya mulai kacau," ungkapnya.
Ia kemudian mencoba peruntungan di dunia konstruksi. Meski mendapat beberapa proyek, pola kerja yang terlalu materialistis membuatnya kembali jatuh di tahun 2018–2019.
"Saya jatuh cukup dalam. Butuh lebih dari tiga tahun untuk bangkit kembali," ujarnya.
Kini, Firdaus memilih fokus menjalankan bisnis distribusi bahan bakar minyak (BBM) dan telah menata ulang arah hidup dan usahanya.
Siap Pimpin HIPMI Maluku Utara
Firdaus aktif di organisasi HIPMI Maluku Utara sejak 2016 dan kini menjabat sebagai Wakil Bendahara Umum. Ia kini menjadi salah satu calon kuat Ketua Umum BPD HIPMI Maluku Utara.
Ia menilai, HIPMI di Maluku Utara memiliki potensi besar yang belum dimaksimalkan, terutama dalam mendorong pengusaha muda mengambil peran dalam dunia usaha, baik di sektor pemerintah maupun swasta.
"Potensinya besar. Banyak peluang usaha yang belum disentuh. Saya ingin HIPMI bisa hadir sebagai motor penggerak dan penghubung bagi pengusaha muda," tegasnya.
Dengan pengalaman jatuh bangun, Firdaus Amir tampil sebagai figur yang tak hanya tangguh, tetapi juga punya visi untuk membangun ekosistem usaha muda yang lebih kuat di Maluku Utara. (Tim/red)