Nuryati Abdurahman, Penjual Sayur yang Anaknya Wisuda di Fakultas Kedokteran Unkhair

Sebarkan:
Nuryati Abdurahman dan anaknya Nandia Muhammad (dok istimewa).

TERNATE, PotreMalut - Nandia Muhammad, salah satu dari 25 mahasiswa yang berhasil menuntaskan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, Maluku Utara, diwisuda pada Sabtu 18 Maret 2023. 

Tapi, tak ada yang menyangka, gadis berusia 22 tahun itu bukan berasal dari keluarga hartawan, pengusaha tajir, manajer perusahaan besar, atau pejabat instansi pemerintah. 

Ibunya, Nuryati Abdurahman, adalah penjual sayur di Pasar Barito Bahari Berkesan, Kelurahan Gamalama, Kecamatan Kota Ternate Tengah. Ia menempati lantai satu emperan belakang pasar ini. 

Sehari sebelum Nandia diwisuda, tepatnya Jum’at sore, CEO Media Brindo Grup (MBG) Munawir Yakub bersama wartawan Ismail Lasut dan Karno Jabidi menyambangi Ibu berusia 51 tahun itu di tempat jualannya.  

Di antara sayuran yang ia dijejalkan di atas meja kecil berbahan kayu, yaitu kacang panjang, terong, sawi, pare, dan ketimun. Sambil berbincang, dua kali ia melayani pembeli.

Sejak berpisah dengan suaminya pada 2013 lalu, Ibu empat anak itu menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, dan menjual sayur yang sejak lama ia tapaki menjadi satu-satunya harapan. 

Nuryati tinggal bersama empat anaknya di Foramadiahi, Kecamatan Pulau Ternate. Dilansir dari laman googlemaps, jarak dari Foramadiahi dengan Pasar Barito cukup jauh, sekitar 13,4 kilometer. Jika ditempuh dengan mobil angkutan umum Mikrolet sekira 33 menit.

Nuryati menuturkan, setiap hari mulai jam 3 dini hari, dia bersama ibu-ibu penjual sayur lainnya ke Pasar Barito dengan Mikrolet. Berjualan hingga jelang matahari terbenam.”Mulai istirahat dan tutup jualan saat ngaji di Masjid terdengar,”ujarnya. 

“Saya ini jual sayur saja. Jualan sayur adalah hidup saya. Saya hanya cukup berusaha karena rezeki sudah diatur Allah”, ungkapnya. Siang hari, jika sepi pembeli, ia rehat sejenak, berbaring di sela tempat jualannya.  

Rata-rata pendapatannya setiap hari 300 ribu sampai 400 ribu rupiah. Dari pendapatan ini, ia menyisihkan sebagian untuk modal, kebutuhan sehari-hari, menabung untuk biaya pendidikan anak, dan menyetor ke koperasi 50 ribu sampai 100 ribu perhari.

Kemampuan mengelola pendapatan yang terbilang sedikit itu, dia palajari secara otodidak, ditopang keinginannya yang sangat kuat demi masa depan anak-anaknya. 

Bagi Nuryati yang sejak SD pernah membantu orang tuanya jualan sayur, segala sesuatu dapat dicapai dengan usaha, dilandasi dengan kesabaran, dan diperkuat dengan keimanan, karena semua sudah diatur Allah SWT. Ini pula yang ia tanamkan dalam mendidik anak-anaknya.

Dari hasil peluhnya menjual sayur itu, Nuryati mampu menyekolahkan anak-anaknya. “Saya menjadi pedagang sayur sudah sekitar 28 tahun,”ungkapnya. Sembari menambahkan, “sudah dua orang anak saya yang saya kuliahkan hingga sarjana. Anak tertua saya sarjana hukum mau melanjutkan S2 tapi belum punya biaya, jadi saat ini bekerja di PT. IWIP. Anak kedua saya, besok akan diwisuda menjadi Sarjana Kedokteran.” 

Anak tertuanya itu bernama Juliyana Muhammad (24) telah menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum Unkhair, 3,5 tahun, wisuda tahun 2017. Setelah Nandia, kini tinggal menanggung biaya pendidikan untuk dua anaknya di SMP dan SMA.

Adapun biaya pendidikan Nandia di Fakultas Kedokteran antara lain, biaya masuk Rp 80.000.000, dan per semester Rp 22.500.000.  

Kendati biaya kuliah sebesar itu dibayar dari hasil jualan sayur, Nuryati mengaku dirinya tak pernah merasa terbebani. "Kita tinggal berusaha karena rezeki Allah telah atur,"katanya dengan rendah hati.

Berbincang dengan Ibu Nuryati di sore itu, punya makna tersendiri. Ia adalah cermin perempuan sekaligus Ibu yang tegar, terbuka, ramah, tenang, senyum penuh ikhlas, dan tawakkal kepada Allah SWT setelah bekerja keras sedari dini hari hingga jelang senja. Demi masa depan anak-anaknya. (mail/red)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini