Ismail Lasut (doc. Pribadi) |
Oleh: Ismail Lasut
Wartawan PotretMalut (Media Brindo Group)
“Banyak elemen yang berkontribusi terhadap hasil suatu organisasi, namun kebanyakan dari banyak faktor ini dapat dipengaruhi oleh baik atau buruknya kepemimpinan” (John P. Kotter)
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan pengaruh menggerakkan sumber daya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam suatu organisasi, peran pemimpin sangat penting. Sebabnya, selain diangkat secara formal, seorang pemimpin juga harus memiliki kemampuan informal untuk mengelola organisasi.
Toman Sony Tambunan dalam buku Pemimpin dan Kepemimpinan (2015) menyebutkan, ada delapan fungsi pemimpin yaitu fungsi penentu arah, mediator, integrator, transformator, komunikator, motivator, inovator, dan fungsi katalisator.
Tambunan menjelaskan, penentu arah (commander) merupakan fungsi strategis seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus mengetahui tempat tujuan, merencanakan jalan, berpikir lebih jauh kedepan, membuat perbaikan arah, dan tinggal dengan orang-orang yang dipimpin. Sebagai mediator, seorang pemimpin harus mempertemukan berbagai pihak yang berkepentingan sehingga tercipta solusi dan keputusan yang efektif dalam permasalahan internal maupun eksternal organisasi.
Sementara, fungsi integrator mengharuskan seorang pemimpin memiliki integritas agar mampu mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan orang-orang yang dipimpinnya melalui kebijakan-kebijakan strategis yang ditetapkan. Melalui transformator, seorang pemimpin tidak sekedar mengakomodir kepentingan bersama, namun bertanggung jawab membawa perubahan untuk orang yang dipimpinnya. Pemimpin transformatif akan memimpin dengan hati, empati dan peduli, rendah hati, serta memiliki kejernihan hati.
Sebagai komunikator, seorang pemimpin harus memiliki sopan santun dalam bertutur serta kata-kata yang baik dan bermakna. Keterampilan berbicara sangat penting karena orang akan mengerti, menarik kesimpulan, dan menilai berdasarkan cara seorang pemimpin berbicara. Bersamaan, pemimpin haruslah seorang motivator yang akan memberdayakan dan menggerakkan bawahannya sehingga terdorong untuk bekerja dan tumbuh berdasarkan tujuan yang diharapkan.
Pemimpin juga harus inovatif agar dapat membangun visi baru, mengelola keberagaman dan dinamika organisasi, serta kemampuan mencarikan solusi atas permaslahan yang dihadapi organisasi dalam perkembangan lingkungan yang dinamis. Pemimpin juga harus memiliki kreativitas sebagai wujud katalisator untuk menghadapi persoalan, menghasilkan nilai tambah bagi organisasi melalui ide, proses, struktur, dan sistem pada situasi yang terus berubah-ubah.
Fungsi-fungsi ini penting untuk dijalankan karena menjadi syarat bagi maju berkembangnya suatu organisasi. Kumparan. (2022, Des 22) Gaya Kepemimpinan Sunarso, Transformatif Leader, Pembawa Perubahan (video) YouTube. Sunarso, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menyebutkan, dalam memimpin BRI, dirinya menggunakan tiga gaya kepemimpin yaitu instruktif, motivatif, dan inspiratif. Dalam video berdurasi 13 menit 42 detik itu, penjelasan Sunarso dalam proses kepemimpinannya terlihat telah mampu menjalankan fungsi kepemimpinan sebagaimana dijelaskan Tambunan.
Dalam perjalanan kepemimpinannya, Sunarso yang diangkat menjadi Direktur Utama BRI sejak September 2019, mampu membawa BRI menjadi bank dengan laba terbesar di Indonesia pada kuartal ke-III 2022, dengan pertumbuhan tahunan 106,14% Year on Year (YoY), dan peningkatan aset sebesar 4,00% YoY pada 2022. Selain itu, Ia membawa BRI mendapat penghargaan dari The Asian Banker dalam program Best CEO and Managed Bank Awards sebagai Best Managed Bank in Indonesia. Bukan hanya BRI, program Best CEO and Managed Bank Awards yang digelar setiap tiga tahun untuk menilai kinerja pemimpin lembaga jasa keuangan di Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika tersebut juga memberikan penghargaan kepada Sunarso sebagai The Asian Bangker CEO Leadership Achievement for Indonesia Awards.
Penghargaan tersebut tentu diraih karena jiwa kepemimpinan serta terobosan yang dilakukan Sunarso dalam memimpin BRI. John P. Kotter, dalam buku Kepemimpinan dan Perubahan (2001), melalui 14 kali studi formal dan lebih dari 1.000 wawancara, Kotter menyimpulkan, kegagalan atau ambruknya perusahaan juga disebabkan banyaknya kasus individu yang menderita dibawah tekanan bos yang tiran dan tidak kompeten atau bermaksud baik namun kegagalannya dalam memimpin.
Arah organisasi sangat ditentukan oleh pemimpinnya, semakin besar perubahan maka semakin besar kepemimpinan yang dituntut. Dalam perjalananya, internal BRI harus senantiasa memupuk bakat dan mendorong orang untuk memimpin dan mengambil pelajaran dari kesalahan dan keberhasilan, sehingga mampu melahirkan pemimpin transformatif pasca Sunarso. **