Menanti 100 Hari Kerja "MasiAman" Ditengah Efisiensi Anggaran

Sebarkan:

Mansur A. Dom
TERNATE, PotretMalut - Usai pelantikan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tidore Kepulauan, Muhammad Sinen dan Ahmad Laiman oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan Jakarta, pada 20 Februari kemarin, kepemimpinan Wali Kota dengan slogan "MasiAman" ditantang soal janji politik.

Aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, Mansur A. Dom mengatakan, dilantiknya wali kota dan wakil wali kota bukan sekadar seremoni, tapi awal ujian kepemimpinan MasiAman.

"Apakah janji-janji kampanye yang digaungkan dari Nuku hingga Kaiyasa akan diwujudkan atau terkubur sebagai retorika politik sekedar alat meraih suara," ungkap Mansur, Sabtu (22/02/2024).

Ia menyebutkan, ekspektasi publik sangat tinggi, dan ingatan masyarakat terhadap visi-misi MasiAman masih segar.

Menurutnya, pemenuhan janji politik bukan hanya soal menjalankan pemerintahan, tetapi juga tanggung jawab moral dan politik harus dipenuhi dengan keseriusan.

Pria asal Desa Tului, Kecamatan Oba ini menuturkan, MasiAman memiliki tantangan berat, apalagi dengan efisiensi anggaran yang dicanangkan presiden.

"Daerah seperti Tidore Kepulauan menghadapi tantangan berat. Dengan keterbatasan ruang fiskal, MasiAman harus mampu merumuskan strategi komunikasi dan tata kelola pemerintahan yang cerdas, sehingga program-program unggulan mereka tidak sekedar slogan," tuturnya.

Bagi Mansur, jika gagal menjalankan program-program unggulan, maka legitimasi politik MasiAman bisa runtuh, dukungan akar rumput melemah, kepercayaan publik terkikis, yang bisa berujung pada ketidakstabilan pemerintahan.

Selain itu, distribusi kekuasaan dalam tubuh pemerintahan MasiAman akan menjadi sorotan. Posisi strategis dalam birokrasi tidak boleh hanya didasarkan pada loyalitas politik semata, tetapi harus mempertimbangkan kompetensi dan profesionalisme.

"Jika jabatan hanya menjadi ajang kompromi politik, maka alih-alih memperkuat pemerintahan, justru bisa menciptakan konflik internal yang menghambat pembangunan daerah, ” ujarnya.

Ia menegaskan, tantangan menjaga dominasi politik PDI-Perjuangan di Tidore Kepulauan juga tak bisa diabaikan. Sebagai “kandang banteng,” eksistensi PDI-P di daerah ini akan diuji di tengah tekanan efisiensi anggaran.

“Tidak sekedar memastikan roda pemerintahan berjalan efektif,
MasiAman juga harus menjaga soliditas partai pengusung utama mereka di tengah dinamika politik nasional.  Masyarakat menanti langkah nyata dalam 100 hari pertama," tambahnya.

Mansur melanjutkan, penting bagi Muhammad Sinen dan Ahmad Laiman turun langsung ke desa-desa, berkomunikasi dengan masyarakat, serta melibatkan tim sukses mereka dalam memastikan program prioritas tersampaikan dengan jelas.

"Silaturahmi politik ini bukan sekadar menjaga citra, tetapi juga strategi merawat loyalitas pendukung dan mempertahankan kepercayaan publik terhadap kepemimpinan baru di Tidore Kepulauan," pungkasnya. (tim)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini