![]() |
| Edi Sukirman, PPK Air Tanah dan Air Baku |
Proyek dari Kementerian PUPR yang dianggarkan melalui APBN senilai kurang Rp 13,5 miliar ini, memiliki kapasitas tampungan air 2.600 liter.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Air Tanah dan Air Baku, Edi Sukirman menyebutkan, dalam pembangunan proyek ini, CK merupakan pelaksana pembangunan Water Treatment Plant (WTP), dan PDAM yang bertugas mengerjakan sistem distribusi air.
"Pada tahun 2024 kami lakukan sinkronisasi. BWS membangun embungnya, CK membangun WTP, dan PDAM mengerjakan sistem distribusinya. Jadi ada tiga instansi yang terlibat dalam pembangunan embung ini," sebut Edi, Kamis (23/10/2025).
Edi menuturkan, embung tersebut memiliki kapasitas tampungan air sekitar 2.600 liter, sementara bak reservoir berkapasitas 270 liter.
Sebelum keterlibatan PDAM dan CK, pihaknya bersama rekanan sempat mengambil inisiatif untuk menyambung pipa sepanjang 300 meter guna menyalurkan air ke sejumlah fasilitas umum.
"Kami sempat menyambung pipa sekitar 300 meter. Menara air atau toren berkapasitas 1.500 liter. Saat ini air sudah disalurkan ke kantor kelurahan dan musholla," ujarnya.
Ia menambahkan, uji coba aliran air juga telah dilakukan dan hasilnya menunjukkan air sudah mengalir dengan baik di beberapa titik.
Uji coba sudah dilakukan, airnya sudah mengalir, termasuk di musholla. Namun untuk masyarakat umum, distribusi air memang belum berjalan optimal.
Terkait banjir yang melanda Pulau Hiri dan sejumlah wilayah lain di awal tahun 2025, Edi menjelaskan bahwa fenomena tersebut merupakan banjir besar yang jarang terjadi.
"Banjir besar itu bukan hanya di Hiri, tapi juga di Ternate dan Halmahera. Mungkin ini banjir 20 tahunan atau 50 tahunan, karena sebelumnya belum pernah terjadi seperti ini," tuturnya.
Menurutnya, penyempitan badan sungai menjadi salah satu faktor utama penyebab banjir.
"Sungai lebarnya sekitar 10 meter, tapi kini tinggal 4-5 meter. Di saluran drainase bahkan hanya tersisa sekitar 1 meter, bahkan kurang. Jadi air mudah meluap. Kondisi ini juga terjadi di beberapa titik di Ternate," jelasnya.
Selain persoalan banjir, Edi juga mengungkapkan adanya longsoran di sekitar area embung dan jalan inspeksi yang telah dibangun. Ia menyebut, perbaikan jalan dan pengendalian longsor telah dilanjutkan oleh Pemerintah Kota Ternate melalui Dinas PUPR dan BPBD.
"Pekerjaan jalan sudah dilaksanakan oleh Dinas PUPR Kota, termasuk pengecoran untuk akses naik. Sementara penanganan longsor sebagian dikerjakan BPBD, meski belum seluruhnya tuntas," ujarnya.
Edi berharap penanganan longsor dan perbaikan drainase di kawasan embung dapat segera diselesaikan, mengingat kondisi medan yang cukup rawan.
"Kami sudah koordinasi agar penanganannya bisa dipercepat supaya tidak terjadi longsor lagi. Selain jalan, daerah itu memang membutuhkan drainase yang baik," pungkasnya. (Calu/red)
