Sampah, Sebuah Dilema yang Tiada Habisnya

Sebarkan:

Oleh: Faisal Yamin

"Bumi adalah tempat yang baik dan layak untuk diperjuangkan." - Ernest Hemingway, novelis.

Persoalan lingkungan adalah persoalan klasik yang tak ada habisnya. Dia seperti musafir yang terus berjalan dalam kelana. Bisa dibilang hampir setiap tempat memeluk keluh yang sama, tentang kondisi lingkungan dengan sampah yang masih menjeratnya.

Perilaku hidup, kesadaran masyarakat dan kurangnya partisipasi berasama untuk ikut memberantas sampah adalah indikator penting yang turut memperpanjang mata rantai persoalan ini. Jika kondisi ini terus berlanjut maka jangan harap kita mampu menekan rekor buruk kita sebagai negara penghasil sampah plastik terbesar ke 2 di dunia.

Maka saya kira apa yang disampaikan oleh Hemigway di atas sangatlah benar, bahwa kita haruslah berjuang untuk bumi, berjuang demi kebaikan tempat berpijak kita.

Beberapa minggu lalu pada suatu siang yang terik dan ceria, di teras rumah, Rahma perempuan cantik bermata sayu dengan antusias bercerita kepada saya. Dia menceritakan tentang kegiatan bersih-bersih yang baru saja dilakukannya bersama dengan teman-temannya.

Dia bilang, berbekal sarung tangan dan karung, mereka kemudian menyusuri setiap selokan untuk memungut sampah, lalu turun lagi ke pesisir pantai, kemudian menyambangi pojok-pojok tertentu diseputaran taman kota Ternate yang tidak bisa dijangkau oleh petugas kebersihan.

Sampah yang dipungut pun bervariasi, ada sampah plastik seperti bungkus makanan, kertas kresek, botol air. Ada juga sampah sisah makanan, dahan dan ranting yang tersangkut diruas selokan dan sampah-sampah rumah tangga lainnya.

Rahma menjelaskan bahwa sampah-sampah yang telah dikumpulkan itu di masukan ke dalam karung, lalu di bawa ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) terdekat. Dia juga menjelaskan, sampah yang sudah dipaking dalam karung sudah di pilah terlebih dahulu agar nanti ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tidak menyulitkan para petugas proses pemilahannya.

"Lelah si pasti, tapi ya mau bagaimana lagi, sudah jadi tanggung jawab kita bersama untuk bantu memberantas sampah di Kota Ternate." Ujarnya

Dia lalu mengandaikan bahwa jika setiap pengunjung taman yang berkunjung relah menyisipkan waktu sebentar untuk ikut berpartisipasi memungut sampah, maka dia meyakini volume sampah di kota Ternate perlahan akan menurun. Ini karena proses penangananya cepat dan tanggap, sehingga para petugas mungkin tidak kesulitan menjangkau sampah di ruang-ruang yang tidak bisa mereka jangkau.

Namun nyatanya kita harus mengakui, bahwa krisis akan kesadaran merawat lingkungan masih jadi belenggu dalam diri. Hampir setiap kita terkesan cuek dan seperti tidak mau tahu. 

Hal sederhana yang kita amati terhadap perilaku masyarakat yang ada di bantaran kali mati (barangka). Mereka lebih memilih buang sampah di dalam kali dari pada harus menentengnya untuk diletakkan di TPS yang telah disediakan. 

Alhasil, setiap kali mati seakan menjadi Tempat pembuangan sampah sementara (TPS) bagi masyarakat dibantaran kali. Nantinya jika musim hujan tiba, sampah ini akan hanyut lalu berakhir dipesisir pantai yang punya efek buruk bagi ekosistem laut. 

"Nyatanya sampah bantaran kali juga menjadi sumbangsi terbesar sampah yang ada dipesisir pantai." Ujarnya.

Ketika ditanya soal jadwal, Rahma membeberkan bahwa dia dan teman-teman biasa melakukan kegiatan bersih-bersih pada hari minggu. Dimulai pada pukul 06:00 sampai dengan pukul 10:00 wit saat matahari benar-benar terik. 

Bagi saya, ini adalah perilaku luar biasa yang dicontohkan oleh mereka. Disaat anak-anak muda yang lain memilih menutup mata dan telinga menikmati hari libur, tapi tidak dengan mereka. Iya, mereka memilih jalan sunyi lalu bercumbu dengan sampah-sampah itu, tak peduli peluh memburu sekujur tubuh.

Rahma adalah salah satu dari sekian anak muda yang tergabung dalam komunitas yang dinamakan anak muda sadar sampah (Ankam). Sebuah komunitas yang jika dilihat masih belia usianya, tapi gebrakannya dalam kampanye dan gerakan nyata tidak main-main. Sudah berbagai tempat mereka sembangi dan bersihkan.

Ankam sendiri merupakan komunitas yang dibangun untuk melakukan kampanye gerakan sadar sampah. Mereka bertujuan untuk mengajak seluruh masyarakat kota Ternate bersama-sama peduli dan menjaga keindahan kota Ternate. Dan hal itu diawali dengan tidak membuang sampah sembarangan dan mau mengangkat sampah yang berserakan ditempat umum.

"Tujuan kami cuman satu, hanya untuk melihat wajah kota bersih dari sampah." Akunya.

Jika dilihat memang Ankam tidaklah sendiri, ada juga beberapa perkumpulan atau organisasi yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi akan lingkungan. Tapi saya rasa itu belum cukup untuk menggugah kesadaran masyarakat. Harus dibutuhkan lagi wadah dan orang-orang yang memiliki sikap heroik seperti mereka. Iya, yang relah mengorbankan waktu dan tenanga untuk merawat bumi.

Maka sampai disini saya kira sudah saatnya kita berjabat tangan melakukan edukasi, sosialisai dan gerakan nyata tentang sadar sampah. Kegiatan tersebut harus gencar dan terus dilakukan untuk menumbuhkan lebih banyak kesadaran terhadap pentingnya menjaga lingkungan agar tetap lestari. 

Saya meyakini, setiap hal yang dilakukan akan menjadi kebiasaan. Jadi tak salah lagi kita harus bereksperimen sebanyak mungkin sebab kata Ralph Waldo Emerso bahwa, Semua kehidupan adalah eksperimen. Semakin banyak eksperimen yang kamu lakukan, semakin baik.

Indonesia memang bukanlah negara dengan konsumen sampah plastik tertinggi di dunia. Mungkin perilaku kita sebagai masyarakatlah yang menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil sampah plastik tertinggi ke 2 di dunia.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang bersumber dari media kompas, total sampah nasional sebesar 68,5 juta ton dimana 11,6 juta ton diantaranya merupakan sampah plastik pada tahun 2022.  

Tim nasional pengendalian sampah laut juga mengestimasi bahwa sekitar 615 ribu ton sampah terbuang kelaut Indonesia hingga laut dunia pada 2018. Tentu ini menjadi catatan penting bagi kita semua, bahwa sampah yang mengendap di laut dengan cepat akan merusak ekositem laut. Nantinya para biota laut akan terpapar mikroplastik yang tentunya berdampak buruk jika dikonsumsi jangka panjang.

Kendati Indonesia adalah negara sebagai penghasil sampah plastik tertinggi ke 2, nyatanya impor sampah plastik sampai saat ini masih terus dilakukan. 

Data dari katadata.co.id, Indonesia menjadi salah satu importir sampah plastik terbesar di dunia. Pada 2020, impor bersih sampah plastik Indonesia mencapai 138 ribu ton. Sementara data dari UN Comtrade, negara asal impor sampah plastik terbesar Indonesia adalah Belanda. Indonesia mengimpor 51,5 ribu ton sampah plastik dari negara tersebut.

Selanjutnya, Indonesia mengimpor 37,54 ribu ton sampah plastik dari Jerman dan 17,1 ribu ton sampah plastik dari Slovenia. Impor sampah plastik dari Amerika Serikat tercatat sebesar 16,4 ribu ton. Indonesia juga mengimpor sampah dari negara tetangga Singapura. Impor sampah ini mencapai 13,27 ribu ton.

Lantas apa sebabnya sampai indonesia harus mengimpornya?

Impor sampah plastik yang dilakukan tersebut adalah untuk memenuhi pasokan kebutuhan produksi sampah plastik olahan di dalam negeri. 

Ini karena proses penanganan sampah kita yang masih buruk. Rata-rata sampah yang masuk ke TPA masih random atau campur aduk sehingga terkesan lamban proses pemilahannya. Maka proses pemilahan baiknya dimulai dari rumah atau di TPS yang tersedia, sehingga pengelolaan sampah kita bisa lebih baik.

Berdasarkan data yang diakes dari Visual Capitalist, Indonesia masuk dalam peringkat ke-7 sebagai negara yang mengimpor sampah plastik paling banyak di dunia pada 2020, dengan total impor mencapai 233.926.526 kilogram, (mediaIndonesia.com).

***

Pada suatu pagi yang basah, disaku handphone saya memekik. Rupanya sebuah pesan singkat dari Rahma.

"Kak, minta data soal produksi sampah di kota Ternate."

Saya mengenghela napas, 

"saya tidak punya data valid soal itu."

"Baiklah, sebentar jadi dong ikut?"

"Ikut kemana?"

Dia tidak membalasnya, beberapa saat kutunggu.

Dan, "Ikut ke pantai lah, sebentar kan ada jadwal bersih-bersih tu. Kita bersihkan sampah dan dilema yang tidak ada habisnya."

Ah rupanya itu, kukira ikut bersamanya membangun hubungan yang lebih serius.

Mateketen, 20/09/2023

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini